Miliarder dari China dalam daftar 400 orang terkaya dunia kini terus bertambah. Dalam daftar orang terkaya asal China versi Forbes disebutkan, masuknya 49 konglomerat baru membuat orang terkaya dari Negeri Tirai Bambu itu menjadi 128 orang.
Dalam rilis terbaru daftar orang kaya China, Zong Qinghou, pemimpin perusahaan minuman raksasa Wahaha, menempati urutan pertama dengan membukukan kekayaan US$8 miliar dari sebelumnya US$4,8 miliar tahun lalu.
China tumbuh pesat 30 tahun terakhir setelah Deng Xiaoping memperkenalkan kebijakan pro pasar. Ekonomi China tumbuh menjadi negara terbesar kedua di dunia. Jumlah miliarder dari China juga menempati posisi kedua terbesar setelah Amerika Serikat.
Shenzen adalah wilayah yang menyumbang miliarder terbanyak, yakni 17 orang. Disusul Beijing dengan 15 orang dan Shanghai yang menempati urutan ketiga dengan 10 orang terkaya. Sembilan konglomerat berada di bawah usia 40 tahun dan 11 miliarder China berjenis kelamin perempuan.
Menariknya, laporan Forbes menunjukkan bahwa 10 dari 400 orang terkaya China telah mendapatkan keuntungan dari sektor kesehatan. Hal itu menunjukkan perbedaan kontras dari tahun sebelumnya yang lebih banyak berasal dari sektor real estate atau properti.
Lu Zhiqiang dari Oceanwide Construction misalnya. Posisinya bergeser jauh ke posisi 51 dari sebelumnya di peringkat 31 dengan kekayaan yang menyusut sekitar US$500 juta tahun ini menjadi US$2,15 miliar.
"China adalah negara yang memimpin penawaran saham perdana tahun ini, dan peningkatan besar pada kekayaan miliarder terkait erat dengan kesuksesan IPO (initial public offering) perusahaan China," kata Editor Senior Forbes, Russel Flannery.
Secara umum, negara-negara di Asia memiliki kinerja yang baik tahun ini. Meski terlihat turun tipis dibanding orang Amerika, konglomerat dari kalangan Asia hanya bertambah 104 orang dalam daftar miliarder dunia.
"Semangat wirausaha yang kuat, kenaikan saham dan aset, pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, serta apresiasi renminbi membuat miliarder China meningkat dalam tahun-tahun mendatang," kata Zhou Jiangong, editor in chief Forbes China.
Selain itu, praktik akuntansi dan sulitnya mencatat nilai perusahaan tak tercatat di bursa, membuat kemungkinan lebih banyak miliarder di negara berkembang di Asia yang tidak tercatat dalam daftar tersebut.
Dalam rilis terbaru daftar orang kaya China, Zong Qinghou, pemimpin perusahaan minuman raksasa Wahaha, menempati urutan pertama dengan membukukan kekayaan US$8 miliar dari sebelumnya US$4,8 miliar tahun lalu.
China tumbuh pesat 30 tahun terakhir setelah Deng Xiaoping memperkenalkan kebijakan pro pasar. Ekonomi China tumbuh menjadi negara terbesar kedua di dunia. Jumlah miliarder dari China juga menempati posisi kedua terbesar setelah Amerika Serikat.
Shenzen adalah wilayah yang menyumbang miliarder terbanyak, yakni 17 orang. Disusul Beijing dengan 15 orang dan Shanghai yang menempati urutan ketiga dengan 10 orang terkaya. Sembilan konglomerat berada di bawah usia 40 tahun dan 11 miliarder China berjenis kelamin perempuan.
Menariknya, laporan Forbes menunjukkan bahwa 10 dari 400 orang terkaya China telah mendapatkan keuntungan dari sektor kesehatan. Hal itu menunjukkan perbedaan kontras dari tahun sebelumnya yang lebih banyak berasal dari sektor real estate atau properti.
Lu Zhiqiang dari Oceanwide Construction misalnya. Posisinya bergeser jauh ke posisi 51 dari sebelumnya di peringkat 31 dengan kekayaan yang menyusut sekitar US$500 juta tahun ini menjadi US$2,15 miliar.
"China adalah negara yang memimpin penawaran saham perdana tahun ini, dan peningkatan besar pada kekayaan miliarder terkait erat dengan kesuksesan IPO (initial public offering) perusahaan China," kata Editor Senior Forbes, Russel Flannery.
Secara umum, negara-negara di Asia memiliki kinerja yang baik tahun ini. Meski terlihat turun tipis dibanding orang Amerika, konglomerat dari kalangan Asia hanya bertambah 104 orang dalam daftar miliarder dunia.
"Semangat wirausaha yang kuat, kenaikan saham dan aset, pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, serta apresiasi renminbi membuat miliarder China meningkat dalam tahun-tahun mendatang," kata Zhou Jiangong, editor in chief Forbes China.
Selain itu, praktik akuntansi dan sulitnya mencatat nilai perusahaan tak tercatat di bursa, membuat kemungkinan lebih banyak miliarder di negara berkembang di Asia yang tidak tercatat dalam daftar tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar